Nasi Penggel berupa nasi yang dibentuk bulat, seukuran bola pingpong. Biasanya disajikan dengan wadah daun pisang yang dibentuk `pincuk`, dengan sayur nangka muda berbumbu gurih dan kikil yang dimasak dengan bumbu kuning. Lauk pendampingnya ada tahu dan tempe mendoan. Harnya pun cukup murah, hanya Rp8 ribu satu porsinya.
Namun sayang, kini hanya ada dua tempat di Kebumen yang menjual Nasi Penggel. Dua tempat tersebut di alun-alun Kebumen dan di Desa Tembana, Kecamatan Pejagoan, yang terletak 2 kilometer sebelah barat alun-alun Kebumen. Tidak diketahui secara pasti, kenapa hanya sedikit penjual Nasi Penggel. Padahal penikmatnya hingga kini masih terbilang cukup banyak.
Jika ingin menikmati Nasi Penggel, Anda harus bangun pagi-pagi. Warung Nasi Penggel biasanya buka pukul 05.30 WIB, dan sudah ludes pada pukul 08.00 WIB.
Terciptanya Nasi Penggel, tidak jauh dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan. Dimulai pada 1948, Kali Kemit yang berada di Kebumen menjadi garis pemisah antara wilayah yang dikuasai Belanda dan Indonesia.
Ketika Indonesia berusaha merebut wilayah yang masih dikuasai Belanda, terjadi pertempuran sengit di Kali Kemit. Banyak yang gugur dari persatuan pelajar dan juga para santri yang tergabung dalam Angkatan Oemat Islam (AOI).
Warga pun turut membantu dengan mensuplai makanan pada para prajurit Indonesia di lini depan. Untuk memudahkan distribusi makanan, maka nasi pun dikepal dan terciptalah Nasi Penggel.
0 comments:
Post a Comment